Cerpen: Serumpun Bunga Literasi Karya Vera Queen Bersama Mugiarni
#Cerpen
#Serumpun Bunga Literasi
#veraqueenSahetapyBersamaMugiarni
Di sebuah sekolah kecil yang terletak di desa terpencil, hiduplah seorang gadis bernama Queen. Dengan rambut hitam panjang yang selalu tergerai dan senyuman manis yang menghiasi wajahnya, Queen dikenal sebagai murid yang cerdas dan penuh semangat. Dia selalu berada di perpustakaan sekolah setelah jam pelajaran selesai, menggali pengetahuan dari setiap buku yang ia temukan.
Perpustakaan sekolah itu dipimpin oleh Bu Rini, seorang guru pembimbing literasi yang berdedikasi. Rini adalah wanita berusia sekitar 40 tahun dengan kacamata bulat dan penampilan sederhana. Namun, di balik kesederhanaannya, tersimpan jiwa yang penuh dengan cinta terhadap literasi dan keinginan kuat untuk menyebarkan budaya membaca dan menulis di kalangan siswa-siswinya.
Suatu hari, Queen datang ke perpustakaan dengan wajah berbinar-binar. "Bu Rini saya ingin belajar menulis cerita. Saya ingin menginspirasi teman-teman saya melalui tulisan-tulisan saya," katanya dengan penuh semangat.
sumber gambar pixabay.com
Bu Rini tersenyum mendengar keinginan Queen. "Tentu saja, Queen. Menulis adalah cara yang indah untuk berbagi pengalaman dan imajinasi. Mari kita mulai dengan langkah pertama, yaitu menemukan inspirasi dari sekitar kita."
Queen mengangguk dengan antusias. Bu Rini lalu mengajak Queen keluar dari perpustakaan dan berjalan-jalan di sekitar sekolah. Mereka duduk di bawah pohon besar yang rindang, tempat di mana biasanya para siswa berkumpul saat istirahat. Bu Rini mulai bercerita tentang bagaimana sebuah kisah bisa muncul dari peristiwa hidup yang kita alami.
"Queen, perhatikan bunga-bunga di sekitar kita. Setiap bunga memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Begitu juga dengan cerita. Setiap cerita memiliki warna dan keindahan yang berbeda-beda. Cobalah untuk melihat dunia dengan mata yang penuh keingintahuan dan catat apa yang kamu lihat, dengar, dan rasakan," jelas Bu Rini.
Queen mulai membuka buku catatannya dan menulis tentang bunga-bunga yang ada di taman sekolah. Ia mencatat setiap detail dengan teliti, dari warna kelopak hingga aroma yang terpancar. Ia mulai memahami bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal yang terlihat sederhana.
Hari demi hari, Queen semakin tekun menulis. Ia mulai mengembangkan cerita-cerita pendek tentang bunga-bunga di taman sekolah dan bagaimana mereka saling berinteraksi. Bu Rini selalu memberikan masukan dan dorongan, membantu Queen menyempurnakan setiap ceritanya.
Suatu hari, Bu Rini mendapatkan ide untuk membuat sebuah buku antologi yang berisi cerita-cerita karya murid-muridnya. Ia mengumpulkan semua murid yang tertarik untuk menulis dan mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Queen menjadi salah satu murid yang paling bersemangat.
"Anak-anak, kita akan membuat buku antologi yang berjudul 'Serumpun Bunga Literasi'. Buku ini akan berisi cerita-cerita yang kalian tulis sendiri. Kita akan bekerja bersama-sama untuk membuat buku ini menjadi kenyataan," kata Bu Rini di depan kelas.
Para murid bersorak gembira. Mereka tidak sabar untuk mulai menulis cerita mereka sendiri. Bu Rini membimbing setiap murid dengan sabar, membantu mereka menemukan inspirasi dan mengembangkan ide-ide mereka menjadi cerita yang menarik.
Queen menulis cerita tentang persahabatan antara bunga matahari dan mawar yang tumbuh di taman sekolah. Ia menggambarkan bagaimana kedua bunga itu saling membantu dan mendukung satu sama lain meskipun mereka berbeda. Cerita itu mengandung pesan tentang pentingnya kerjasama dan persahabatan.
Setelah berbulan-bulan bekerja keras, akhirnya buku antologi 'Serumpun Bunga Literasi' selesai. Buku itu berisi berbagai cerita yang ditulis oleh murid-murid dengan penuh cinta dan imajinasi. Bu Rini merasa bangga melihat hasil karya anak-anak didiknya.
Pada hari peluncuran buku, sekolah mengadakan acara khusus untuk merayakan pencapaian tersebut. Semua murid dan orang tua berkumpul di aula sekolah. Bu Rini membuka acara dengan pidato yang penuh inspirasi.
"Anak-anak, kalian telah menunjukkan bahwa dengan semangat dan kerja keras, kita bisa mencapai hal-hal luar biasa. Buku ini adalah bukti dari kemampuan dan kreativitas kalian. Teruslah menulis, teruslah berbagi cerita, dan teruslah menginspirasi orang lain melalui tulisan kalian," kata Bu Rini dengan penuh semangat.
Queen merasa sangat bahagia. Ia melihat buku antologi di tangannya dengan bangga. Ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan panjangnya di dunia literasi. Bersama dengan teman-temannya dan bimbingan dari Bu Rini, ia yakin bisa mencapai lebih banyak lagi.
Malam itu, saat Queen pulang ke rumah, ia duduk di meja belajarnya dan mulai menulis cerita baru. Ia tahu bahwa setiap cerita adalah langkah menuju impiannya untuk menjadi penulis yang hebat. Dan ia bersyukur memiliki guru seperti Bu Rini yang selalu mendukung dan membimbingnya.
Berkat dedikasi Bu Rini, sekolah kecil di desa terpencil itu kini menjadi pusat literasi yang berkembang pesat. Banyak murid yang terinspirasi untuk menulis dan membaca, menciptakan komunitas yang penuh dengan cinta terhadap literasi.
Queen terus menulis dan mengembangkan bakatnya. Ia tahu bahwa dengan semangat dan kerja keras, ia bisa meraih impian-impiannya. Dan ia selalu ingat pesan Bu Rini bahwa setiap cerita adalah bunga yang indah, dan setiap penulis adalah tukang kebun yang penuh cinta.
Di akhir cerita, Queen menyadari bahwa menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang menyebarkan kebaikan dan inspirasi. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus menulis dan berbagi cerita, membawa keindahan literasi ke mana pun ia pergi.
Begitulah, di sebuah desa terpencil, lahirlah generasi penulis muda yang penuh semangat, dipimpin oleh seorang guru yang penuh dedikasi. Bersama-sama, mereka menulis kisah-kisah indah yang menginspirasi dunia, satu bunga literasi pada satu waktu.
Komentar
Posting Komentar